Nama : RAMLY FIRMAN
KELAS : 2DB04
KONFERENSI ASIA AFRIKA
Konferensi Asia Afrika Berakhirnya
Perang Dunia I membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk
memperoleh kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Di samping itu juga
ditandai dengan munculnya dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk
pengembangan senjata nuklir. Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan pada Pancasila dan
UUD 1945. Salah satu bentuk penyelenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin
kerja sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara
lain terangkum dalam kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu,
pelaksanaan politik luar negeri Indonesia juga harus berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama dan
solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.
Latar Belakang Pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri
Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak
pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak
bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas
juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi
masalah internasional. Aktifberarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut
mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat
politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di
dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu
negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya
Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori
kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan
ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia
memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat
dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat.
Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II
berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan,
di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri
Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada
di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di
Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap
merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak
negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan
dalam
Konferensi Asia Afrika.
Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaian
dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi
bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan
Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri RI Ali
Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri
Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
Konferensi Pendahuluan
Sebelum Konferensi Asia
Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi pendahuluan sebagai
persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain sebagai berikut.
Konferensi Kolombo (Konferensi
Pancanegara I)
Konferensi pendahuluan
yang pertama diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal
28 April–2 Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari
negara sebagai berikut.
Perdana Menteri Pakistan :
Muhammad Ali Jinnah
Perdana Menteri Sri Lanka
: Sir John Kotelawala
Perdana Menteri Burma
(Myanmar) : U Nu
Perdana Menteri Indonesia
: Ali Sastroamijoyo
Perdana Menteri India :
Jawaharlal Nehru
Konferensi Kolombo
membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi di
Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan
Konferensi Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai
penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnya hadir dalam Konferensi Kolombo
kemudian dikenal dengan nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut sebagai
negara sponsor. Konferensi Kolombo juga terkenal dengan nama Konferensi
Pancanegara I.
Konferensi Bogor (Konferensi
Pancanegara II)
Konferensi pendahuluan
yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22–29 Desember 1954.
Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta
Konferensi Kolombo. Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
Konferensi Asia Afrika
akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
Penetapan tujuan KAA dan
menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia
Afrika.
Hal-hal yang akan
dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
Pemberian dukungan
terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
Konferensi Bogor juga
terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara II.
Pelaksanaan Konferensi Asia
Afrika
Sesuai
dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal
18–24 April 1955. Kon-ferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29
negara yang terdiri atas negara pengundang dan negara yang diundang.
Negara pengundang meliputi
Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar).
Negara yang diundang 24
negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina,
Thailand, Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal,
Afghanistan, Iran, Irak, Saudi Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon,
Turki, Yaman), dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia, dan Pantai
Emas/Gold Coast).
Negara yang diundang,
tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika
Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda
pertikaian dalam negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan
Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung.
Latar belakang dan dasar
pertimbangan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
Kenangan kejayaan masa
lampau dari beberapa negara di kawasan Asia-Afrika.
Perasaan senasib
sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan penindasan bangsa
Barat, kecuali Thailand.
Meningkatnya kesadaran
berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional/terpelajar dan
intelektual.
4) Adanya Perang Dingin
antara Blok Barat dengan Blok Timur.
Memiliki pokok-pokok yang
kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
Secara geografis letaknya
berdekatan dan saling melengkapi satu sama lain.
Tujuan diadakannya Konferensi
Asia Afrika, antara lain:
memajukan
kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan
kebudayaan;
memberantas diskriminasi
ras dan kolonialisme;
memperbesar peranan bangsa
Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan kerja
sama internasional.
bekerja sama dalam bidang
sosial, ekonomi, dan budaya,
membicarakan
masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan
negara, rasionalisme, dan kolonialisme.
Konferensi Asia Afrika
membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama negara-negara di Asia
dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah
kolonialisme dan perdamaian dunia. Kerja sama ekonomi dalam lingkungan
bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan bantuan teknik
dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika
perlu memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi
tersebut ditegaskan juga pentingnya masalah perhubungan antarnegara karena
kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi. Konferensi juga menyetujui
penggunaan beberapa organisasi internasional yang telah ada untuk memajukan
ekonomi. Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi
manusia yang tercantum dalam Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan
masih adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di beberapa negara.
Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan diskriminasi warna
kulit di mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan bahwa kolonialisme
dalam segala bentuk harus diakhiri dan setiap perjuangan kemer-dekaan harus
dibantu sampai berhasil. Demi perdamaian dunia, konferensi mendukung adanya
perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan senjata nuklir dihentikan dan
masalah perdamaian juga merupakan masalah yang sangat penting dalam pergaulan
internasional. Oleh karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan
toleransi dan hidup berdampingan secara damai. Demi perdamaian pula, konferensi
menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat segera dapat diterima menjadi
anggota PBB.
Konferensi setelah
membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia
Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil
beberapa keputusan penting, antara lain:
memajukan kerja sama
bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
menuntut kemerdekaan bagi
Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
mendukung tuntutan
Indonesia atas Irian Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
menentang diskriminasi ras
dan kolonialisme dalam segala bentuk;
aktif mengusahakan
perdamaian dunia.
Selain menetapkan
keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk
menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
menghormati hak-hak dasar
manusia, tujuan, serta asas yang termuat dalam Piagam PBB;
menghormati kedaulatan dan
integritas teritorial semua bangsa;
mengakui persamaan ras dan
persamaan semua bangsa, baik bangsa besar maupun bangsa kecil;
melakukan intervensi atau
ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
menghormati hak-hak tiap
bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendirian maupun secara kolektif
sesuai dengan Piagam PBB;
a) tidak menggunakan
peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan
khusus salah satu negara besar; b) tidak melakukan tekanan terhadap negara
lain;
tidak melakukan tindakan
atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial
atas kemerdekaan politik suatu negara;
menyelesaikan segala
perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
memajukan kepentingan
bersama dan kerja sama internasional;
menghormati hukum dan
kewajiban internasional lainnya.
Kesepuluh prinsip yang dinyatakan
dalam Konferensi Asia Afrika itu dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau
Bandung Declaration.
Pengaruh Konferensi Asia Afrika
bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan Afrika
Konferensi
Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan
kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah
sebagai berikut.
Perintis dalam membina
solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan
bahwa semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai.
Cetusan rasa setia kawan
dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
Penjelmaan kebangkitan
kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
Pendorong bagi perjuangan
kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
Memberikan pengaruh yang
besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai
kemerdekaannya.
Banyak negara-negara
Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB.
Selain membawa pengaruh
bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika,
Konferensi Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan
dunia pada umumnya. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.
Konferensi Asia Afrika
mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi
ketegangan/détenteakibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
Gagasan Konferensi Asia
Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
Politik bebas aktif yang
dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai
diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok
Barat.
Belanda cemas dalam
menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok
tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan
RI.
Australia dan Amerika
Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya.
Konferensi Asia Afrika dan
pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya berdampak pada
negara-negara di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.