GrabTaxi diciptakan di
Malaysia oleh lulusan MBA Harvard Business School, Anthony Tan. Sebelum memulai
perusahaan ini pada 2012, Anthony bekerja sebagai kepalamarketing di
perusahaan keluarganya, Tan Chong
& Sons Motor Company. Perusahaan ini dikenal menangani waralaba
Nissan dan Subaru, dan mewakili Changan Automobile di Singapura, Indonesia,
Thailand, Vietnam, dan Filipina. Perusahaan ini merupakan anak usaha dari
perusahaan di Hong Kong, Tan Chong International. Tan Chong & Sons Motor
melayani penjualan mobil, namun tidak untuk motor. Usaha tersebut juga melayani
perbaikan dan servis mobil.
Di akhir Mei, startup unicorn GrabTaxi membuka
layanan GrabBike di Jakarta. GrabTaxi menggelontorkan dana
sebesar $340 juta (Rp4,5 triliun) untuk meluncurkan layanan ini. Seperti yang
dikemukakan CEO dan Co-Founder GrabTaxi, Anthony Tan, pengguna dapat mencoba
layanan ini secara gratis selama hampir dua minggu. GrabBike
melaporkan telah mendapat 8.000
pengguna layanan ini dalam seminggu pertama peluncurannya.
Banyak orang bisa saja berpendapat bahwa Anthony memang terlahir sebagai
anak konglomerat karena perusahaan keluarganya tersebut. Bagaimanapun, perlu
diketahui bahwa Anthony membangun GrabTaxi tanpa adanya campur tangan dari
bisnis keluarganya. Ia hanya mendapat bantuan dana dari sang ibu. Di
ranah startup transportasi Indonesia, kekuatan Anthony
terletak pada sumber daya dan infrastruktur GrabTaxi. Namun ia belum familier
dengan kondisi pasar lokal.
B. Sosialisasi
Grab Bike di Indonesia
Sosialiasi yang dilakukanolehpihakgrabbikeyaitu penjelasan dan pendekatan lisan
bahwa Grabbike hadir bukan sebagai pesaing para
ojek pangkalan, melainkan untuk merangkul ojek pangkalan agar bisa bergabung di
Grabbike dan menikmati rangkaian keuntungan
yang bisa didapatkan selama mengemban karier menjadi driver Grabbike.Lewat proses sosialisasi tersebut,
memang tidak sedikit ojek pangkalan yang mengubah pikiran mereka untuk
bergabung dengan Grabbike.
C. Sistem Perekrutan
Grabbike
merupakan ojek online yang bisa dipesan melalui smartphone. Kali ini Grabbike
akan membuka pendaftaran skala besar pada tanggal 1 September 2015.Layanan transportasi sepeda motor GrabBike hari ini (12/8) secara
resmi melakukan proses perekrutan massal bertajuk GrabBike Kingdom untuk
armadanya. GrabBike menggelar walk-in registration bagi para
calon driver yang ingin terdaftar. Pihak GrabBike mencatat sekitar 3500
calon driver yang telah melakukan pendataan, dan 5000 lainnya
yang melakukan walk-in registration.
Sebanyak lebih
dari tiga ribu calon driver yang hadir melakukan serangkaian tahap seleksi
dengan menerapkan sistem standarisasi penerimaan. Seleksi tahap pertama terdiri
dari dari uji kelayakan kendaraan, pemenuhan detil informasi pribadi, dan
pembagian smartphone. Seleksi tahap kedua melingkupi penggunaan
aplikasi dan smartphonedengan lebih komprehensif. Tahap akhir
ialah pelatihan dan penyuluhan berkendara aman dan prosedur antar-jemput
lainnya yang ditandai dengan penyerahan atribut sebagai tanda resminya driver
tergabung dalam keluarga besar GrabBike.
Sebagai bagian
dari kehidupan masyarakat Indonesia, GrabBike memiliki komitmen untuk
menciptakan layanan transportasi ojek yang aman dan efisien di tanah air. dan
kami menyambut siapa saja yang ingin menjadi bagian keluarga GrabBike. Oleh
karena itu kami selalu menerapkan standar pada layanan kami, di mana melalui proses
penerimaan ini kami dapat menyaring para calon pengendara dan memberi mereka
pelatihan yang memadai.
Driver yang telah mengikuti seleksi dapat langsung
menerima pemesanan hari ini juga, sementara lima ribu calon driver lainnya
yang melakukan walk-in registration perlu menunggu beberapa
minggu lagi.
Menurut Kiki,
waktu tersebut dibutuhkan bagi pihaknya untuk melakukan pendataan latar
belakang dan kelayakan untuk mengikuti tahap selanjutnya. Selain kendaraan
pribadi, Surat Izin Mengemudi (SIM) dinyatakan sebagai syarat utama yang tak
dapat dinegosiasi. Pihaknya juga menerapkan batas usia maksimal pelamar yakni
berumur 50 tahun. Berumur di atas itu akan ada serangkaian tes medis untuk
membuktikan kesehatan driver mereka.
Dengan amunisi
baru ini, GrabBike berusaha segera menguasai pasar transportasi di Ibukota.
Sementara kompetitornya memiliki berbagai macam layanan, GrabBike mengambil
momentum ini berusaha menjadi layanan transportasi berbasis sepeda motor yang
terbaik di Jakarta dan sekitarnya.
Adapun persyaratan - persyaratannya yang harus dipenuhu sebagai berikut:
·
KTP dan Fotocopy (JABODETABEK)
·
SIM C dan Fotocopy
·
Umur maksimal untuk menjadi driver grabbike 50 tahun
·
Siapkan Materai Rp. 6000 cukup 1 lembar
·
Uang Rp. 100.000,-
·
Motor dengan kondisi prima
·
Mampu membawa penumpang di sekitar Jabodetabek
·
Mengenal jalan JABODETABEK ( merupakan option karena nanti akan dibekali
smartphone bisa menggunakan GPS googlemap)
·
Skck asli dan fotocopy harus di bawa untuk ditunjukkan kepada staf
grabbike.
·
Bagi yang berumur 50 tahun keatas diusahakan membawa surat keterangan sehat
dari dokter.
·
Pada saat pengambilan atribut motor dan kelengkapan wajib standar.
Memberikan Jaminan pilih salah satu bisa
berupa:
·
Kartu keluarga
·
Ijasah
·
Bpkb
·
Buku nikah
D. Pelayanan
Grab Bike
Aplikasi ini akan mengkalkulasi biaya berdasarkan jarak yang ditempuh dan
dapat menentukan besarnya tip yang ingin diberikan kepada pengemudi. Pengguna
juga dapat memberi catatan pada pengemudi tentang lokasi menunggu atau barang
bawaan tambahan.
Mengenai keamanan pelanggan dibenarkan salah seorang staff GrabBike yang
tak ingin disebutkan namanya. Dia mengatakan, GrabBike punya sistem yang ketat
untuk mengawasi drivernya. Bahkan, GrabBike tak segan memberikan sanksi kepada
driver yang ugal-ugalan.
Jika dilihat dari komunikasi antar muka aplikasi GrabBike di ponsel pintar,
pelanggan diberikan kesempatan untuk memberikan komentar, kritik dan saran bagi
drivernya. Tak hanya itu, nama driver, nomer handphone serta plat kendaraan
yang dimiliki pun terpampang jelas.
Pelanggan bisa melaporkan driver ketika ia mendapatkan perlakuan tak enak.
"Pasti langsung hari itu juga dipanggil dan diproses," tutupnya.
E. Sistem
Gaji dan Bonus
Sistem bagi hasil di grabbike adalah 90% untuk driver dan 10% untuk
perusahaan. Serta bonus setiap kali mengantar / order penumpang serta
bonus akan diberikan minimal jika mendapat 10 Order / penumpang.
F. Pengalaman
Pengguna Grab Bike
Untuk memesan GrabBike, pengguna diharuskan mengunduh aplikasi GrabTaxi.
Aplikasi ini terhubung dengan GPS smartphone untuk mengetahui
lokasi pengguna, dan cukup akurat.
Layanan aplikasi GrabBike ternyata primadona bagi kaum Hawa, khususnya bagi
mereka pekerja kantoran. Layanan jasa ini dinilai memberikan keamanan yang
terjamin.
"Data dari kantor lebih banyak perempuan. Hampir 60 persen lebih
perempuan yang naik GrabBike. Biasanya saya dapat penumpang habis pulang kantor
malam," kata salah satu driver GrabBike.
Kaum wanita memilih layanan karena sistem keamanan terjamin. Tiap data
driver sudah disimpan di kantor. Bahkan, untuk mengawasi drivernya, GrabBike
menahan barang berharga milik driver sebagai jaminan.
Promo yang sedang digencarkan GrabBike menambah permintaan pelanggan. Meski
pelanggan membayar murah, namun driver tetap mendapat harga penuh dari kantor.
"Karena murah, cuma Rp 15 ribu sudah bisa kemana-mana.” Jelas salah
satu pelanggan.
G. Persaingan di Pasar Lokal
Untuk saat ini, adil rasanya mengatakan Go-Jek memiliki poin lebih
dibandingkan GrabBike. Go-Jek telah memiliki setidaknya 2.500 armada ojek di
Jakarta, dan “ojek jaket hijau” telah familier untuk masyarakat di ibukota.
Go-Jek telah lama membangun infrastruktur untuk menyediakan berbagai layanan,
termasuk layanan kurir, belanka, dan pengantaran makanan yang disebut Go-Food
(yang menjadi pesaing dari FoodPanda). Go-Jek juga telah merambah bisnis ke
daerah lain seperti Bandung, Bali, dan Surabaya.
Namun, Anthony Tan dan GrabTaxi miliknya
tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan banyaknya dana dan reputasi besar,
GrabBike juga berpotensi mengungguli Go-Jek jika mengembangkan teknologi yang
lebih bagus, merekrut lebih banyak pengemudi, dan menggencarkan upayamarketing.
Semua hal tersebut tentunya bisa dilakukan dengan mudah oleh perusahaan sekelas
GrabTaxi. Semuanya tergantung dari seberapa besar Anthony Tan ingin menyaingi
Go-Jek di Indonesia
H. Konflik
Grabbike dengan Ojek Pangkalan
Uber di Indonesia juga mengalami
masalah. Tapi dalam bulan ini,
konflik antara pengemudi aplikasi ojek pesanan seperti Go-Jek dan GrabBike dengan pengemudi ojek pangkalan rasanya jauh
lebih panas daripada yang dialami Uber. Sejumlah orang yang mengatas namakan
pengemudi ojek bekerja sama, memasang banner, dan menggunakan
taktik intimidasi untuk mencegah Go-Jek dan GrabBike masuk ke area tertentu.
Kalibata City, sebuah kompleks apartemen besar di
Jakarta Selatan, tampaknya menjadi titik paling panas. Penghuninya yang
berjumlah ribuan membuat tempat ini cukup menguntungkan, dan tiap lima gerbang
masuk utamanya punya pojokan dengan pengemudi ojek yang nongkrong, siap
menunggu penumpang.
Tapi, banner di pohon dan pagar
memperlihatkan bahwa Go-Jek dan GrabBike tidak diterima di wilayah ini
Pengemudi ojek di Kalibata City cukup blak-blakan
dengan penolakan (atau kebencian) mereka terhadap aplikasi seperti Go-Jek dan
GrabBike. Mereka bahkan muncul di koran dan TV, keributan. Satpam berseragam
dari kompleks apartemen dan seorang pengemudi ojek berjalan mendekati pengemudi
Go-Jek dan mengusirnya.
Grabbike
VS Gojek
Baik Go-Jek
maupun GrabBike menawarkan in-app user experience yang mirip.
Untuk memesan GrabBike, pengguna diharuskan mengunduh aplikasi GrabTaxi.
Aplikasi ini terhubung dengan GPS smartphone untuk mengetahui
lokasi pengguna, dan cukup akurat.
Aplikasi ini
akan mengkalkulasi biaya berdasarkan jarak yang ditempuh dan dapat menentukan
besarnya tip yang ingin diberikan kepada pengemudi. Pengguna juga dapat memberi
catatan pada pengemudi tentang lokasi menunggu atau barang bawaan tambahan.
Sepertinya aplikasi ini masih butuh perbaikan atau penambahan pengemudi GrabBike.
Ketika saya mencoba melakukan pemesanan, aplikasi ini menampilkan sekitar 10
pengemudi di sekitar lokasi saya, namun saya tetap tidak berhasil mendapatkan
ojek. Hal ini dapat membuat pengguna jengkel, dan akhirnya lebih memilih
langsung mencari ojek terdekat.
Sedangkan
Go-Jek, meski masih jauh dari kesempurnaan, membuat pengguna lebih mudah
mendapat ojek. Bisa dibilang, dari sepuluh pemesanan yang dilakukan, delapan di
antaranya berhasil. Go-Jek tidak menampilkan pilihan untuk memberi tip, mungkin
karena memberi tip bukan hal yang umum di Indonesia. Bagaimanapun, jika
pengemudi memberikan pelayanan yang memuaskan, tidak tertutup kemungkinan
pelanggan akan memberi tip.
Salah satu
masalah dari Go-Jek adalah pengenalan fitur peta untuk daerah tujuan. Setiap
kali memesan, aplikasi masih sulit menemukan lokasi tujuan. Hal ini terkadang
membuat pengguna dan pengemudi bingung, dan sedihnya, tarif pembayaran bisa
saja tidak sesuai karena tujuan sebenarnya ternyata lebih jauh atau lebih
dekat. Secara keseluruhan, bagaimanapun, sepertinya Go-Jek memiliki keunggulan
dari segi user experience di Jakarta.
Namun pada akhirnya tidak ada yang menang ataupun kalah, keduanya “Go-Jek dan Grab Bike” sama-sama menjadi pemenang.
Ojek pangkalan akan tersingkir dan cara satu-satunya adalah melakukan
perlawanan fisik seperti di Kalibata City dan beberapa kawasan lain yang dengan
terang-terangan sudah dibuat papan pengumuman “Go-Jek dan Grab Bike” dilarang
masuk. Ibarat seolah-olah persaingan Indomaret dan Alfamaret yang pada akhirnya
mereka justru mereka hidup berdampingan memperbesar pasar minimarket yang
terimbas adalah toko kelontong di perumahan/perkampungan yang perlahan tutup.
https://id.techinasia.com/mengapa-ojek-benci-go-jek-dan-grabbike/
http://www.kompasiana.com/ariefnulis/perang-go-jek-vs-grab-bike-siapa- terjungkal_55d36120b27a61c70bd7d32b